Tensi tinggi, juga dikenal dengan istilah hipertensi, adalah kondisi medis yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah. Tekanan darah diukur dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik (angka pertama) dan tekanan diastolik (angka kedua). Tekanan sistolik menggambarkan tekanan pada saat jantung berkontraksi dan memompa darah, sedangkan tekanan diastolik menggambarkan tekanan saat jantung beristirahat antara denyut.
Daftar isi
Apa Itu Tensi Tinggi?
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan awal dari berbagai penyakit fatal, seperti stroke, gagal jantung, hingga ginjal.
Tekanan darah dibedakan menjadi tekanan diastolik dan sistolik.
Adapun yang dimaksud dengan tekanan sistolik adalah tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh.
Sedangkan tekanan diastolik artinya tekanan ketika jantung mengempis sebelum bekerja memompa darah kembali.
Hipertensi terjadi pada tekanan sistolik di angka 130 mmHg dan tekanan darah sistolik di atas 80 mmHg.
Pada angka tersebut, kondisinya sudah serius dan membutuhkan pertolongan medis.
Lantas bagaimana gejala yang dialami penderita hipertensi?
Biasanya kita akan merasakan kepala pusing, nyeri di bagian dada, jantung berdebar tiba-tiba, gelisah berkepanjangan, mudah lelah serta penglihatan kabur.
Meski gejalanya cukup ringan, dampak dari hipertensi bisa menyebabkan gangguan kesehatan dalam jangka panjang, bahkan komplikasi.
Oleh karena itu, jika mengalami gejala-gejala tadi, sebaiknya segera mengunjungi dokter untuk mendapatkan diagnosis yang akurat.
Mengukur Tensi Tinggi
Mengukur tekanan darah merupakan langkah penting dalam mendeteksi tensi tinggi.
Pengukuran ini biasanya dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut tensimeter.
Proses ini sederhana dan cepat, dan biasanya dilakukan oleh tenaga medis profesional.
Meski demikian, saat ini sudah tersedia alat pengukur tekanan darah digital yang memungkinkan Anda untuk memantau tekanan darah sendiri di rumah.
Berapa Nilai Normal Tensi?
Berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tekanan darah normal adalah di bawah 120/80 mmHg.
Jika tekanan darah sistolik (angka atas) berkisar antara 120-139 mmHg, atau tekanan darah diastolik (angka bawah) berkisar antara 80-89 mmHg, ini disebut sebagai prahipertensi.
Sementara itu, jika tekanan darah sistolik berada di atas 140 mmHg atau tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg, ini didefinisikan sebagai hipertensi atau tensi tinggi.
Penyebab Tensi Tinggi
Secara umum, hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer dan sekunder.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor gaya hidup, usia, dan pola makan.
Sedangkan hipertensi sekunder memiliki dampak yang lebih serius.
Kenali perbedaan penyebab keduanya di bawah ini:
Penyebab Hipertensi Primer
1. Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas seringkali memiliki hubungan yang erat terhadap hipertensi.
Walau belum ada penyebab hipertensi secara spesifik, obesitas menjadi salah satu penyebab yang seringkali menyebabkan tensi naik.
Tubuh yang obesitas cenderung memiliki massa yang besar, sehingga darah yang dibutuhkan untuk mendistribusikan oksigen dan nutrisi pun besar.
Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras memompa aliran darah tersebut.
Hal ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan tekanan darah dan berakhir membuat kita terkena hipertensi.
2. Kehamilan
Sebetulnya kehamilan merupakan penyebab hipertensi gestasional, bukan primer.
Kondisi ini terjadi ketika tekanan darah melonjak tiba-tiba saat kehamilan.
Bagi yang semulanya tidak menderita hipertensi pun bisa berpotensi menderita penyakit ini semasa hamil.
3. Penggunaan pil KB
Pil KB sangat berisiko terhadap kesehatan wanita, karena kandungan hormon estrogen di dalamnya dapat meningkatkan tekanan darah.
Khususnya jika kita memiliki berat badan yang berlebih atau memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.
4. Sering Konsumsi Garam
Konsumsi garam terlalu banyak akan meningkatkan jumlah natrium dalam tubuh.
Ini membuat ginjal kesulitan membuang cairan yang mengandung banyak natrium, alhasil berisiko terjadi penumpukan cairan dalam tubuh.
Jika penumpukan carian tersebut dibiarkan, tekanan darah kita pun akan naik.
Selain itu, natrium memberikan tekanan pada dinding arteri, sehingga pembuluh darah ini semakin sempit dan dindingnya menebal.
5. Stres
Stres dipicu oleh hormon kortisol dan adrenalin.
Tubuh akan melepaskan kedua hormon tersebut sehingga membuat denyut jantung meningkat.
Ketika ini terjadi, tensi darah akan naik.
Pasalnya kedua hormon tadi membuat pembuluh darah menjadi sempit.
Meski efek penyempitan pembuluh darah akibat stres cenderung sementara, tetap saja kita harus mampu mengelola stres agar tidak menyebabkan masalah kesehatan kedepannya.
6. Minuman Keras
Konsumsi minuman keras terlalu banyak juga akan menyebabkan hipertensi.
Kandungan alkohol dalam tiga gelas minuman keras dapat menaikkan tekanan darah, apalagi jika kita mengonsumsinya secara berulang kali setiap hari.
Jurnal yang diterbitkan oleh American Heart Association (AHA) menyebutkan bahwa alkohol dapat meningkatkan kadar lemak dalam darah.
Jika kebiasaan minum ini dibiarkan, bisa-bisa pembuluh darah kita tersumbat oleh lemak.
Akibatnya tidak hanya berpotensi menyebabkan hipertensi, tetapi juga penyakit jantung hingga stroke.
7. Tubuh Banyak Diam
Kebiasaan hidup saat ini kebanyakan membuat kita malas bergerak.
Padahal ketika tubuh banyak diam, itu bisa meningkatkan risiko tensi tinggi saat hamil maupun tidak.
Detak jantung pada orang yang jarang bergerak cenderung cepat.
Jantung pun harus bekerja ekstra untuk memompa darah dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh.
8. Merokok
Kandungan di dalam rokok sudah dipastikan bukan zat-zat yang bermanfaat, jadi menghindarinya adalah hal yang terbaik.
Zat nikotin yang terdapat di dalam rokok pun bisa merusak lapisan dinding arteri.
Akibatnya, pembuluh arteri menyempit dan jantung harus memompa lebih keras sehingga mengakibatkan tekanan darah naik.
Penyebab Hipertensi Sekunder
Selain hipertensi primer, ada juga yang disebut hipertensi sekunder.
Kondisi ini bisa disebabkan jika sebelumnya kita memiliki riwayat penyakit yang berkaitan dengan penyakit hipertensi.
Penggunaan obat-obatan tertentu juga bisa meningkatkan risiko darah tinggi sekunder.
Sebetulnya hipertensi ini sama seperti hipertensi primer, namun biasanya terjadi secara tiba-tiba.
Lonjakan yang diakibatkan juga lebih tinggi, sehingga bisa lebih fatal akibatnya.
Beberapa kondisi medis yang dapat menjadi penyebab hipertensi sekunder antara lain:
1. Gagal Ginjal
Ginjal berperan penting dalam pengaturan tekanan darah.
Ketika ginjal tidak berfungsi dengan baik, tubuh akan menahan lebih banyak garam dan air yang berakibat pada peningkatan tekanan darah.
2. Tumor pada Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal memproduksi hormon yang membantu mengatur tekanan darah.
Tumor pada kelenjar ini bisa menyebabkan produksi hormon yang berlebihan, yang kemudian meningkatkan tekanan darah.
3. Sleep Apnea
Sleep apnea adalah gangguan tidur di mana napas berhenti dan mulai lagi secara berulang.
Kondisi ini bisa mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh dan memicu kenaikan tekanan darah.
4. Diabetes
Diabetes dapat merusak arteri dan membuatnya lebih keras, yang berakibat pada peningkatan tekanan darah.
5. Gangguan Tiroid
Baik hipotiroidisme (kurang aktif) dan hipertiroidisme (terlalu aktif) bisa berpengaruh pada tekanan darah.
Gangguan tiroid ini bisa mempengaruhi seberapa cepat jantung memompa darah dan seberapa santai arteri, yang keduanya dapat meningkatkan tekanan darah.
Komplikasi Tensi Tinggi pada Kesehatan
1. Tensi Tinggi pada Lansia dan Remaja
Tensi Tinggi pada Lansia
Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.
Oleh karena itu, lansia memiliki risiko yang lebih tinggi terkena tensi tinggi.
Penyebabnya bisa berupa penurunan elastisitas pembuluh darah, penumpukan plak dalam arteri, atau kondisi kesehatan lainnya seperti penyakit ginjal atau tiroid.
Tensi Tinggi pada Remaja
Meski lebih sering terjadi pada orang dewasa, tensi tinggi juga bisa menyerang remaja.
Gaya hidup tidak sehat, kegemukan, dan faktor genetik bisa menjadi penyebabnya.
Diperlukan edukasi dan intervensi gaya hidup sehat sejak dini untuk mencegah terjadinya tensi tinggi pada usia muda.
2. Dampak Tensi Tinggi pada Kehamilan
Tensi tinggi saat hamil dapat berdampak negatif baik bagi ibu maupun janin.
Pada ibu, dapat meningkatkan risiko preeklampsia — suatu kondisi yang ditandai dengan tensi tinggi dan kerusakan organ, seringnya pada hati dan ginjal.
Untuk janin, tensi tinggi bisa menyebabkan pertumbuhan yang terhambat dan lahir prematur.
Pengelolaan tensi tinggi selama kehamilan sangat penting untuk mencegah komplikasi.
Dokter biasanya akan meresepkan obat antihipertensi yang aman bagi ibu hamil. Selain itu, pemeriksaan rutin dan gaya hidup sehat sangat dianjurkan.
3. Risiko Jantung Akibat Tensi Tinggi
Tensi tinggi adalah faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular, termasuk serangan jantung dan stroke.
Ketika tekanan darah tinggi, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah, yang bisa menyebabkan penebalan dan pengerasan arteri (aterosklerosis), dan akhirnya mengganggu aliran darah ke jantung.
Pencegahan penyakit jantung pada pasien dengan tensi tinggi melibatkan pengendalian tekanan darah dan faktor risiko lainnya seperti diabetes dan kolesterol tinggi.
Ini melibatkan perubahan gaya hidup, seperti diet sehat, olahraga teratur, berhenti merokok, dan meminimalkan stres.
4. Dampak Tensi Tinggi pada Kesehatan Ginjal
Tensi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, mengingat ginjal memainkan peran penting dalam pengaturan tekanan darah.
Kerusakan ini dapat berupa penyakit ginjal kronis atau bahkan gagal ginjal.
Cara melindungi ginjal dari bahaya tensi tinggi adalah dengan mengontrol tekanan darah.
Ini bisa dilakukan dengan perubahan gaya hidup dan penggunaan obat antihipertensi.
Selain itu, makanan yang sehat, olahraga teratur, dan menghindari rokok juga sangat penting.
Cara Menurunkan Tensi Tinggi ke Normal
Jika dirasa memiliki hipertensi, hal yang kita bisa lakukan adalah menjaga kesehatan dan mengikuti pengobatan yang dianjurkan dokter.
Guna memastikan mendapat diagnosis yang akurat, kunjungi dokter terdekat.
Apabila benar adanya kita terkena hipertensi, dokter akan membuatkan resep obat yang sesuai.
Konsumsi obat tersebut secara teratur.
Perhatikan pula makanan yang dikonsumsi, pastikan mengandung gizi yang seimbang.
Kita juga harus menghindari konsumsi minuman keras dan kebiasaan merokok.
Beberapa cara yang bisa diterapkan untuk mengembalikan tensi darah ke normal yaitu:
- Rajin berolahraga ringan setiap minggu
- Perhatikan asupan garam
- Meditasi untuk menghilangkan stres
- Jaga berat badan
- Tidur yang cukup
Cara Mencegah Hipertensi
Selagi belum terjadi, kita bisa menerapkan upaya pencegahan agar tidak terkena tekanan darah tinggi.
Inilah beberapa tips yang bisa diterapkan:
- Cek tekanan darah secara berkala
- Batasi konsumsi gula maksimal 4 sdm dan garam maksimal 1 sdt per hari
- Kurangi konsumsi daging berlemak
- Kurangi mengonsumsi makanan yang mengandung minyak
- Tambahkan ikan pada diet, minimal 3 kali seminggu agar nutrisi tubuh terpenuhi
- Konsumsi sayur-mayur dan buah-buahan penurun darah tinggi setiap hari.
- Aktif bergerak dan berolahraga minimal 2 kali dalam seminggu.
- Hindari asap rokok dan konsumsi sesuatu yang mengandung zat karsinogenik.
Tanda tensi tinggi dimulai dengan kepala sering sakit, dada nyeri dan pandangan kabur. Jika merasakan hal-hal tersebut, langsung saja kunjungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Jangan biarkan begitu saja, karena hipertensi bisa mengancam nyawa.
Pertanyaan Tentang Tensi Tinggi
Apa penyebab utama tensi tinggi?
Tensi tinggi, atau hipertensi, biasanya disebabkan oleh berbagai faktor yang berinteraksi seperti gaya hidup tidak sehat (misalnya, pola makan tinggi garam, kekurangan olahraga), merokok, dan konsumsi alkohol yang berlebihan. Faktor genetik dan usia juga berkontribusi terhadap risiko hipertensi.
Bagaimana cara mengendalikan tensi tinggi?
Mengendalikan tensi tinggi melibatkan perubahan gaya hidup seperti diet sehat rendah garam dan lemak, olahraga teratur, mengurangi stres, berhenti merokok, dan membatasi konsumsi alkohol. Dokter juga dapat meresepkan obat-obatan jika perubahan gaya hidup saja tidak cukup.
Apakah tensi tinggi bisa disembuhkan?
Meskipun tidak ada obat untuk tensi tinggi, kondisi ini dapat dikelola dengan efektif melalui perubahan gaya hidup dan pengobatan. Tujuannya adalah untuk menurunkan dan menjaga tekanan darah dalam rentang normal untuk mencegah komplikasi seperti penyakit jantung dan stroke.
- Menguatkan Sistem Imun untuk Kesehatan Optimalby Albatha Herbal NusantaraonMei 11, 20240
- Tekanan Darah Tinggi, atau Hipertensi adalah Kondisi Medis Berbahayaby Albatha Herbal NusantaraonMei 24, 20230
- Penyebab Hipertensi Pada Anak Mudaby Albatha Herbal NusantaraonMei 16, 20230
- Makanan Penurun Darah Tinggiby Albatha Herbal NusantaraonMei 16, 20230